Revolusi Industri dan Penerapan di Bidang Pertanian
Belakangan ini, banyak sekali orang yang berbicara
tentang revolusi industry 4.0. Bahkan banyak di berbagai platform media sosial
seputar revolusi industry 4.0 sedang hangat sekali dibicarakan. Bagi kalian
yang tertinggal informasi ini mungkin binung dan bertanya-tanya, apa sih yang
dimaksud dengan revolusi industry 4.0 yang sedang banyak dibicarakan orang.
Nah berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian revolusi industry 4.0 beserta prinsip dan tantangan yang ada. Hal ini
karena masih banyak orang yang mendapatkan kesalahan informasi tentang industry
4.0. Berikut ini akan mastekno bahas secara jelas supaya kalian paham dan tidak
mendapatkan informasi yang salah.
Secara singkat sebenarnya revolusi industri 4.0
dapat diartikan sebagai tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi
otomatis dengan teknologi cyber. Pada Industri 4.0 ini teknologi manufaktur
sudah masuk dalam tren otomatisasi serta pertukaran data. Hal ini mencakup
system cyber-fisik, komputasi awan, internet of things, dan komputasi kognitif.
Dengan adanya tren ini nantinya akan
mengubah banyak sekali bidang kehidupan manusia, beberapa diantaranya adalah
dunia kerja, ekonomi dan gaya hidup dari manusia itu sendiri. Jadi intinya
revolusi 4.0 menanamkan teknologi dengan kecerdasan yang dapat terhubung dengan
berbagai aspek dalam kehidupan manusia.
Seperti yang kami kutip dari Wikipedia,
revolusi industry 4.0 ini mempunyai empat prinsip yang memungkinkan
perusahaan-perusahaan yang ada untuk mengidentifiaksi serta mengimplementasikan
berbagai skenario industri 4.0, diantaranya adalah sebagai berikut:
- Bantuan Teknis; pertama, system bantuan yang dapat membantu manusia untuk mengumpulkan data serta membuat visualisasi supaya bisa membuat keputusan yang benar. Kedua, kemampuan untuk membantu manusia melaksanakan berbagai tugas berat, tidak aman bagi, dan tidak menyenangkan bagi manusia.
- Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan perangkat seperti mesin, sensor serta manusia untuk bisa saling terhubung serta berkomunikasi saling berkomunikasi lewat internet untuk segalanya atau internet untuk khalayak.
- Transparasi Informasi; kemampuan system informasi untuk bisa menciptakan sebuah Salinan dunia fisik secara virtual dengan cara memperkaya model pabrik digital dengan batuan data sensor.
- Keputusan Mandiri; kemampuan untuk membuat sebuah keputusan sendiri dan melakukan tugas secara mandiri.
Adanya revolusi industry 4.0 ini akan
membawa banyak sekali perubahan , industri di Indonesia akan semakin kompak dan
efisien. Namun industri 4.0 in juga memiliki resiko, yaitu berkurangnya sumber
daya manusia yang diperlukan karena sudah digantikan dengan robot dan mesin.
Sekarang ini memang revolusi industri 4.0 sedang dicermati dengan baik. Memang
terdapat berjuta-juta peluang dalam revolusi ini, namun disitu terdapat juga
berjuta-juta tantangan yang harus kita hadapi. Profesor Klaus Martin Schwab, yaitu seorang teknisi
serta ekonom dari Jerman sekaligus pendiri dan Executive Chairman World
Economic Forum memperkenalkan dalam bukunya yang berjudul “The Fourth
Industrial Revolution” ia menyatakan bahwa sekarang ini kita sedang berada pada
awal dari sebuah revolusi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup,
berhubungan dan bekerja satu dengan yang lainnya.
Perubahan yang terjadi ini sangat dramatis dan
terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Perubahan ini sangat berpengaruh
dalam kehidupan dibandingkan para revolusi industri sebelumnya. Pada revolusi
sebelumnya yaitu revolusi industri 1.0 tumbuhnya mekanisme dan enerti yang
berbais air dan uap menjadi awal.
Dunia saat ini telah memasuki era revolusi
industri yang ke-empat atau disebut juga Revolusi Industri 4.0, ditandai dengan
penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet.
Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto nasional,
kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu
sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk
yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian
4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses
pengembangannya.
Konsep pengembangan pertanian yang banyak
dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga
disebut smart farming atau precision agriculture.
Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama
penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa
peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya
yang ada.
Faktanya, revolusi industri 4.0 dalam sektor
agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan
oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang
berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga
tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi.
Memasuki era revolusi industri 4.0,
berbagai aktivitas sosial, pendidikan, ekonomi dan sebagainya selalu dikaitkan
dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan
internet. Kecanggihan teknologi era ini membuat banyak kondisi berubah. Semua
sektor bisnis, pendidikan, dan politik telah berevolusi. Lalu bagaiaman dengan
sektor pertanian di era revolusi 4.0?
Kontribusi sektor pertanian yang besar
terhadap produk domestik bruto (PDB)
nasional, sebagaimana dilansir dari LINE Jobs, kini menurun secara signifikan.
Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di
Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia
pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi
Pertanian 4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan
teknologi digital dalam proses pengembangannya.
Konsep pengembangan
pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian
cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Konsep
ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan
terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil
(kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.
Revolusi industri
4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini
disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk
yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia
non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi.
Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di sektor
pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang
menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia
menurut LINE Jobs.
1. Sumber Daya
Manusia
Faktanya, sebagian
besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen petani di
Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal
yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak
berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya
tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang
berlimpah.
2. Kondisi Lahan Pertanian
di Indonesia
Tidak bisa dipungkiri
bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata.
Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum
tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu
wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal.
Mengingat harga tanah
yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di
Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa
menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain
itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai
150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok
tanam.
3. Teknologi Belum
Sepenuhnya Diterima Masyarakat
Sistem pengalihan
teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pertanian belum
mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih
menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain
karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang
menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas.
Di sinilah peran pemerintah
sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar
dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa hal
yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan
melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi
modern.
Teknologi masa kini
memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan.
Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat
dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi
hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa
mempedulikan keseimbangan lingkungan.