Senin, 23 September 2019

Khafidhotur Rizal (Implementasi Revolusi Industri 4.0 dalam Pembangunan Pertanian di Indonesia)


Revolusi Industri dan Penerapan di Bidang Pertanian



Belakangan ini, banyak sekali orang yang berbicara tentang revolusi industry 4.0. Bahkan banyak di berbagai platform media sosial seputar revolusi industry 4.0 sedang hangat sekali dibicarakan. Bagi kalian yang tertinggal informasi ini mungkin binung dan bertanya-tanya, apa sih yang dimaksud dengan revolusi industry 4.0 yang sedang banyak dibicarakan orang.

Nah berikut ini adalah penjelasan mengenai pengertian revolusi industry 4.0 beserta prinsip dan tantangan yang ada. Hal ini karena masih banyak orang yang mendapatkan kesalahan informasi tentang industry 4.0. Berikut ini akan mastekno bahas secara jelas supaya kalian paham dan tidak mendapatkan informasi yang salah.

Secara singkat sebenarnya revolusi industri 4.0 dapat diartikan sebagai tren di dunia industri yang menggabungkan teknologi otomatis dengan teknologi cyber. Pada Industri 4.0 ini teknologi manufaktur sudah masuk dalam tren otomatisasi serta pertukaran data. Hal ini mencakup system cyber-fisik, komputasi awan, internet of things, dan komputasi kognitif.

Dengan adanya tren ini nantinya akan mengubah banyak sekali bidang kehidupan manusia, beberapa diantaranya adalah dunia kerja, ekonomi dan gaya hidup dari manusia itu sendiri. Jadi intinya revolusi 4.0 menanamkan teknologi dengan kecerdasan yang dapat terhubung dengan berbagai aspek dalam kehidupan manusia.

Seperti yang kami kutip dari Wikipedia, revolusi industry 4.0 ini mempunyai empat prinsip yang memungkinkan perusahaan-perusahaan yang ada untuk mengidentifiaksi serta mengimplementasikan berbagai skenario industri 4.0, diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Bantuan Teknis; pertama, system bantuan yang dapat membantu manusia untuk mengumpulkan data serta membuat visualisasi supaya bisa membuat keputusan yang benar. Kedua, kemampuan untuk membantu manusia melaksanakan berbagai tugas berat, tidak aman bagi, dan tidak menyenangkan bagi manusia.
  • Interoperabilitas (kesesuaian); kemampuan perangkat seperti mesin, sensor serta manusia untuk bisa saling terhubung serta berkomunikasi saling berkomunikasi lewat internet untuk segalanya atau internet untuk khalayak.
  • Transparasi Informasi; kemampuan system informasi untuk bisa menciptakan sebuah Salinan dunia fisik secara virtual dengan cara memperkaya model pabrik digital dengan batuan data sensor.
  • Keputusan Mandiri; kemampuan untuk membuat sebuah keputusan sendiri dan melakukan tugas secara mandiri.

Adanya revolusi industry 4.0 ini akan membawa banyak sekali perubahan , industri di Indonesia akan semakin kompak dan efisien. Namun industri 4.0 in juga memiliki resiko, yaitu berkurangnya sumber daya manusia yang diperlukan karena sudah digantikan dengan robot dan mesin. Sekarang ini memang revolusi industri 4.0 sedang dicermati dengan baik. Memang terdapat berjuta-juta peluang dalam revolusi ini, namun disitu terdapat juga berjuta-juta tantangan yang harus kita hadapi. Profesor Klaus Martin Schwab, yaitu seorang teknisi serta ekonom dari Jerman sekaligus pendiri dan Executive Chairman World Economic Forum memperkenalkan dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution” ia menyatakan bahwa sekarang ini kita sedang berada pada awal dari sebuah revolusi yang secara fundamental akan mengubah cara hidup, berhubungan dan bekerja satu dengan yang lainnya.

Perubahan yang terjadi ini sangat dramatis dan terjadi dengan kecepatan yang luar biasa. Perubahan ini sangat berpengaruh dalam kehidupan dibandingkan para revolusi industri sebelumnya. Pada revolusi sebelumnya yaitu revolusi industri 1.0 tumbuhnya mekanisme dan enerti yang berbais air dan uap menjadi awal.

Dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri yang ke-empat atau disebut juga Revolusi Industri 4.0, ditandai dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto nasional, kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian 4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.

Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.

Faktanya, revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi.

Memasuki era revolusi industri 4.0, berbagai aktivitas sosial, pendidikan, ekonomi dan sebagainya selalu dikaitkan dengan penggunaan mesin-mesin otomasi yang terintegrasi dengan jaringan internet. Kecanggihan teknologi era ini membuat banyak kondisi berubah. Semua sektor bisnis, pendidikan, dan politik telah berevolusi. Lalu bagaiaman dengan sektor pertanian di era revolusi 4.0?

Kontribusi sektor pertanian yang besar terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, sebagaimana dilansir dari LINE Jobs, kini menurun secara signifikan. Sektor pertanian tidak lagi menjadi salah satu sumber perekonomian terbesar di Indonesia. Untuk mencukupi kebutuhan penduduk yang terus bertambah, dunia pertanian kemudian mengadopsi istilah Revolusi Pertanian 4.0, dimana pertanian diharapkan melibatkan teknologi digital dalam proses pengembangannya.

Konsep pengembangan pertanian yang banyak dikembangkan pada saat ini adalah konsep pertanian cerdas, yang biasa juga disebut smart farming atau precision agriculture. Konsep ini merujuk pada penerapan TIK pada bidang pertanian. Tujuan utama penerapan terknologi tersebut adalah untuk melakukan optimasi berupa peningkatan hasil (kualitas dan kuantitas) dan efisiensi penggunaan sumber daya yang ada.

Revolusi industri 4.0 dalam sektor agrikultur ternyata lebih dominan terjadi di Eropa. Hal ini disebabkan oleh adanya bencana demografi, yaitu keadaan dimana jumlah penduduk yang berusia produktif lebih sedikit dibanding penduduk yang berusia non-produktif sehingga tenaga penduduk harus digantikan dengan teknologi. Sedangkan di Indonesia sendiri, revolusi industri 4.0, terutama di sektor pertanian belum begitu berhasil berkembang. Berikut adalah beberapa hal yang menjadi penyebab revolusi industri 4.0 belum berhasil diterapkan di Indonesia menurut LINE Jobs.



1. Sumber Daya Manusia 

Faktanya, sebagian besar petani berusia lebih dari 40 tahun dan lebih dari 70 persen petani di Indonesia hanya berpendidikan setara SD bahkan di bawahnya. Pendidikan formal yang rendah tersebut menyebabkan pengetahuan dalam pengolahan pertanian tidak berkembang serta monoton. Petani hanya mengolah pertanian seperti biasanya tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang berlimpah.



2. Kondisi Lahan Pertanian di Indonesia 

Tidak bisa dipungkiri bahwa penyebaran penduduk dan pembangunan di Indonesia belum sepenuhnya merata. Hal tersebut dibuktikan dengan masih banyaknya “Lahan Tidur” atau lahan yang belum tergarap oleh masyarakat di daerah-daerah pedalaman, sementara, lahan di suatu wilayah strategis justru menjadi rebutan dengan harga mahal.

Mengingat harga tanah yang semakin melonjak tinggi, luas kepemilikan lahan pertanian para petani di Indonesia pun rata-rata kecil. Bahkan, sebagian besar petani hanya bisa menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua. Selain itu, dampak akibat konversi lahan pertanian menjadi non pertanian yang mencapai 150-200 ribu per tahun juga menyebabkan petani kekurangan lahan untuk bercocok tanam.



3. Teknologi Belum Sepenuhnya Diterima Masyarakat 

Sistem pengalihan teknologi dari tradisional menjadi modern dalam pengelolaan pertanian belum mampu diterima secara luas oleh para petani yang masih banyak memilih menggunakan peralatan tradisional dibanding peralatan teknologi canggih. Selain karena keterbatasan biaya, keterbatasan pengetahuan juga menjadi faktor yang menghambat laju teknologi untuk merambah sektor pertanian secara luas. 

Di sinilah peran pemerintah sangat diperlukan untuk memberikan edukasi yang cukup bagi para petani agar dapat memajukan sektor pertanian di era revolusi industri 4.0 ini. Beberapa hal yang dapat dilakukan mungkin berupa memberikan penyuluhan besar-besaran dan melakukan demo penggunaan alat pertanian yang dilengkapi dengan teknologi modern.

Teknologi masa kini memang telah merambah ke berbagai sektor hingga ke berbagai akses kehidupan. Namun, teknologi juga harus digunakan secara bijak dengan tetap melihat dampaknya dari berbagai sisi. Dalam pertanian misalnya, jangan sampai teknologi hanya dikuasai oleh segelintir orang atau merusak ekosistem yang ada tanpa mempedulikan keseimbangan lingkungan. 


www.upnjatim.ac.idagrotek.upnjatim.ac.id